Selasa, 03 April 2012

TERATAI


gemerincing penjual es poteng terdengar nyaring  dikejauhan
sementara tukang bakso tersungkur merebah diatas ubin dingin
angin tepi danau sejenak memberi sejuk
menepis peluh yang kuhadapi diatas petepete yang menyemut didepan ratusan demonstran
sejenak menepikan lara yang belum redam sejak berharihari lamanya

disudut ruangan tetestetes air mengalir membasahi pucuk daun mangga
belasan kendaraan terparkir ditinggalkan pengemudinya yang berada dalam ruangan Seminar dilantai dua
lalu ada tiga gadis berkerundung menghadap danau tengah asik bercengkrama santai
disalah satu tiang bangunan ini aku menyepi
menuliskan sajaksajak cinta dan kerinduan
tertuju padamu. teruntuk hatimu.

dalam jarak berpuluhpuluh kilometer jauhnya
aku bertanya pada waktu
akankah ada sua untuk kami
sua yang membingkai silaturahmi dua pecinta sastra
sua yang masih menuai gelak tawa dan sanjung puji
yang memberi warna pada kanvas hidup kita

ya, kau tentu telah menyimak baitbait catatan yang kukirimkan
sebuah alasan yang tak pernah sanggup kututurkan dihadapanmu
yang hanya bisa kurajut dalam kata yang penuh gelisah dan kepasrahan
juga maaf yang tak berujung
juga perasaan yang kelak akan menemukan muaranya

ah, hatiku benarbenar letih
Ia mendamba teduh
mengharap damai
tapi aku tak boleh lengah
waktu adalah teman
maka akan kulayani ia dengan sabar
akan kuberikan ia semangatku untuk membuatnya berarti
hingga kelak waktu sudi menyandingku bersama Cinta


Tepi danau Unhas, 28 Maret 2012