gemerincing penjual es poteng terdengar nyaring
dikejauhan
sementara tukang bakso tersungkur merebah diatas ubin
dingin
angin tepi danau sejenak memberi sejuk
menepis peluh yang kuhadapi diatas petepete yang menyemut
didepan ratusan demonstran
sejenak menepikan lara yang belum redam sejak berharihari
lamanya
disudut ruangan tetestetes air mengalir membasahi pucuk
daun mangga
belasan kendaraan terparkir ditinggalkan pengemudinya
yang berada dalam ruangan Seminar dilantai dua
lalu ada tiga gadis berkerundung menghadap danau tengah
asik bercengkrama santai
disalah satu tiang bangunan ini aku menyepi
menuliskan sajaksajak cinta dan kerinduan
tertuju padamu. teruntuk hatimu.
dalam jarak berpuluhpuluh kilometer jauhnya
aku bertanya pada waktu
akankah ada sua untuk kami
sua yang membingkai silaturahmi dua pecinta sastra
sua yang masih menuai gelak tawa dan sanjung puji
yang memberi warna pada kanvas hidup kita
ya, kau tentu telah menyimak baitbait catatan yang
kukirimkan
sebuah alasan yang tak pernah sanggup kututurkan
dihadapanmu
yang hanya bisa kurajut dalam kata yang penuh gelisah dan
kepasrahan
juga maaf yang tak berujung
juga perasaan yang kelak akan menemukan muaranya
ah, hatiku benarbenar letih
Ia mendamba teduh
mengharap damai
tapi aku tak boleh lengah
waktu adalah teman
maka akan kulayani ia dengan sabar
akan kuberikan ia semangatku untuk membuatnya berarti
hingga kelak waktu sudi menyandingku bersama Cinta
Tepi danau Unhas, 28 Maret
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar