Selasa, 27 Maret 2012

GEMURUH Indonesiaku


" Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Jalanan kembali menggemuruh
Toa berkoar lagi
mahasiswa
nelayan, buruh, petani
ibuibu rumah tangga
satu suara
TOLAK KENAIKAN BBM

terik siang dipenuhi kepulan asap ban terbakar
saling dorong aparat
semburan gas air mata
teriakan kesal merongrong
menghadapi ratusan seragam dan amunisi lengkap

" Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

RAKYAT Indonesia tengah menghela nafas berat
menggeleng pasrah pada kebijakan baru yang mencekik nurani
kening berkerut
peluh yang menetes
tak mampu menjawab
ketika tak ada lagi beras untuk makan
tak ada lagi minyak tanah untuk menggoreng
tak ada lagi gula untuk menyedu kopi
tak ada lagi pelita untuk anakanak belajar
tak ada lagi uang untuk membeli bensin
membeli susu untuk bayibayi kami

RAKYAT Indonesia harus mengecap lagi buah simalakama
hadiah pemerintahan dua periode SBY
Bantuan Langsung Tunai dijanjikan solusi
demi masyarakat miskin
yang malah dikorup dan tak tepat sasaran

" Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

esok apa lagi?
jengah kami disuguhi aroma korup para pejabat negeri
topengtopeng aktor kerah putih
birokrasi jadi ladang mafia pendidikan, mafia hukum, mafia pelayanan publik

di ruangruang diskusi
segelitir celotehan mengajak tuk mencari suaka
pergi dari bumi pertiwi
atau bahkan membeli pulau Samalona
dan membuat negara kita sendiri
negara yang punya jaminan untuk kesejahteraan rakyatnya
yang menjalankan amanah Undang-undang Dasar dan konstitusi
yang merdeka dari politik uang dan arogansi kuasa
yang merdeka dari doktrin Neo-Lib
yang merdeka dari ketiak pemangku kapitalis

" Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.."

maka berpestalah wahai saudaraku
Dengungkan AIR MATA dan AMARAH yang membara di dadamu
coreng gedunggedung pencakar langit itu
yang telah merenggut paksa hakhak kita
yang didalamnya bersarang sisasisa robot orde baru
TERIAKKAN seperti apa buruhburuh bekerja dengan upah
yang tak pernah mencukupi hidup mereka
petanipetani yang hidupnya terus melarat
nelayan yang tak bisa melaut karena harga solar melonjak
anakanak yang putus sekolah karena biaya mahal
potret dekandensi moral yang menginjak-injak martabat bangsa

ahh,
BBM tak lama lagi akan naik
harihari kian sesak
bagai hantu yang mengganggu dalam lelap
bagai jeruji yang membelenggu hati kecil Ammak dan Tetta
bagai laju kereta api yang melesat cepat

biar jalanan menggemuruh
biar hujan badai melibas segala rasa takut
sebab KITA adalah RAKYAT Indonesia
dimana kedaulatan telah disematkan dengan agung di pundak KITA
yang menentukan Hidup Matinya bangsa ini
maka SUARAKANLAH
Suara menolak KERAS segala bentuk penindasan
Suara merebut Kemerdekaan KITA seutuh-utuhnya.

"..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."


Makassar, 13 Maret 2012
18 hari menjelang kenaikan BBM

Jumat, 02 Maret 2012

Ternyata Ia tlah menua

Perlahan ia berjalan dihadapanku 
Kuamati nafas sengalnya sehabis menaiki tangga kayu itu
Langkahnya tergopoh
Suara batuknya pun terdengar sumir
Ia masih menunduk sambil memegangi selusur dinding tangga
Dalam hati aku ingin melihat rautnya
Dan iapun menengadah
Seperti ingin menatapku lama
Namun aneh saja karena sinar matanya meredup
Bahkan tak jelas kemana arah penglihatannya
Keriput dan uban itupun tak terelakkan

Sedikitpun aku tak mengira bahwa ia tlah menua

Rasanya baru kemarin ia duduk bersamaku
Bercerita tentang tauziah pak haji di Masjid
Atau seorang dermawan memberinya sekotak nasi tuk makan siang
Tak jarang iapun suka memperlihatkan cara klasiknya melipat sarung
Aku tersenyum mengingat bagaimana ia secara sembunyi-sembunyi ering memberiku berlembar-lembar uang hasil keringatnya
“jangan bilang sama mama nah..” begitu katanya
Ketika itu aku masih dibangku sekolah dan uang itu kupakai tuk menyewa komik favoritku
Sejenak kuingat pula kala petang saat ia pulang
Aroma terik menyengat dari tubuhnya
Bercampur lekat dengan materimateri yang jadi bagian dari pekerjaannya
Namun dibalik itu semua ada semangat dan kerja keras tanpa kenal lelah tersirat
Bertahun-tahun Ia bekerja tuk kami
membantu kedua orang tua tuk membiayai kebutuhan seharihari kami
karena batas usia yang tidak memungkinkan
iapun tak bisa bekerja lagi
dirumah ia lebih banyak berbaring
terkadang ketika pintu kamarnya kubuka ia terlelap
menjelang maghrib, ia bergegas menuju masjid

kini ia kembali menyapaku dan bercerita
dalam tutur kata yang tak begitu jelas terdengar
sambil melipat sarungnya dengan jemari yang gemetar
hingga lipatannya tak serapi dulu
iapun beranjak
berdiri perlahan dan sedikit tertatih
dan segera saja kumembantunya
sambil tersenyum getir, ia memelukku
lalu berkata
“maaf, om sudah nda bisa kasi uang untuk sewa komik…”

Teruntuk Almarhum om Suye
6 Juni 2010

Aku, Kampus merah dan Tepi danau Unhas


aku rindu berjalan pulang meninggalkan Aula Baharuddin Lopa setelah mendapat kuliah sore dari seorang Profesor Hukum Perdata.
biasanya aku akan menuju kantin Bude menyantap mie pangsitnya yang enak. atau membeli susu Ultra dan choki-choki di warung ibu Sanni.
tapi hari itu aku ingin berjalanjalan. menyusuri halaman kampus merah yang diteduhi pohonpohon besar nan rindang. menyaksikan petepete yang menyemut di depan fakultasfakultas. 

didepan PKM, aku mampir menonton permainan basket. aku jadi ingat, di SMP dulu, aku senang sekali bermain basket hujanhujan bersama Dewi Sartika dan Putri Christina, sahabatsahabatku. lalu esoknya kamipun sakit dan terpaksa masuk kelas dengan suara sengau dan hidung meler karena ada ujian Bahasa Inggris. 

diufuk barat, mentari perlahan terbenam. menyeruak jingga memantul tajam pada tembok berbatu tempat Mapala berlatih memanjat.
langkahku berlanjut menuju tepi danau Unhas. disana tempat kami berkumpul. menyiapkan naskah untuk sebuah pementasan atau untuk malam Inagurasi. berlatih berharihari. belajar. berdiskusi. disana, kami mengurai kekecewaan karena ada yang terlambat datang, belum hapal naskah, tidak fokus latihan, hingga candaan kelewat batas yang membuat kami kehilangan satu teman, satu karakter, satu peran. 

kenangan itu bagai siluet yang terus berbayang dalam ingatan.
kenangan kampus merah yang memberiku temanteman terbaik yang suka nitip absen, dibuatkan tugas tapi dengan senang hati menjadi pendengar yang baik ketika aku dirundung patah hati.
kenangan pada temanteman Insan Seni yang mengenalkanku pada puisi dan teater. pada sorot lampu. pada musik intro. pada katakata, "cut n' action.". juga terlebih pada arti persahabatan, tanggungjawab dan pilihanpilihan hidup. 
kenangan ruangruang kelas yang menyadarkanku betapa berharganya sebuah ilmu pengetahuan. betapa dosendosen hukum penuh dengan tampilannya masingmasing. memancing keisengan kami menamai mereka, "dosen fotokopi, dosen OHP, dosen makalah, dosen paccarita, dosen baca buku..dan lain lain." dan sialnya, aku selalu ditunjuk beramai-ramai oleh temanteman menjadi ketua kelas. menjadi paling hilir mudik karena dosendosen ajaib itu. 
kenangan itu bergelayut indah menyemai seperti gerimis yang menyambutku setiba di rumah.

harihari berikutnya, setelah Yudisium dan memakai toga bersama ratusan mahasiswa lainnya dengan tambahan dua huruf dibelakang nama, aku masih memiliki kenangan itu. menggenggamnya setiap saat memasuki halaman parkir fakultas hukum, melewati tepi danau Unhas yang semakin terlihat dingin. merangkainya ketika aku menghabiskan petang bersama Jingga dan semangkuk es poteng. ketika suarasuara itu memanggilku untuk merumput membaca puisipuisi cinta yang kukirimkan lewat angin, desau jangkrik dan bintangbintang yang memelukku dalam rindu..


Home, 2 Maret 2012